Umpak Batu: Kecerdasan Arsitektur Majapahit Lawan Rayap dan Pelapukan
Mojokerto- Di jantung Jawa Timur, reruntuhan Kota Trowulan menyimpan kisah tentang kejayaan sebuah imperium besar: Majapahit. Melalui sisa-sisa peninggalannya, kita tidak hanya belajar tentang strategi politik dan kebudayaan, tetapi juga tentang kecerdasan teknik arsitektur yang luar biasa. Salah satu warisan brilian mereka adalah solusi atas musuh abadi segala bangunan kayu: pelapukan.

Baca Juga : Puluhan Rumah Di Dua Desa Mojokerto Rusak Diterjang Badai Angin Kencang
Musuh yang Tak Terlihat: Ancaman di Balik Tiang Kayu
Bayangkan sebuah pendapa megah atau bangunan suci yang seluruh strukturnya bertumpu pada tiang-tiang kayu jati. Iklim tropis Indonesia dengan dua musim adalah ujian berat. Kelembaban tanah yang tinggi dan guyuran air hujan adalah kombinasi mematikan yang membuat kayu cepat keropos, dimakan rayap, dan akhirnya ambruk. Inilah tantangan yang dihadapi para arsitek dan tukang kayu Majapahit berabad-abad yang lalu.
Namun, mereka tidak tinggal diam. Daripada berperang melawan alam, mereka justru berakal-akal dengannya. Jawabannya terletak pada sebuah teknologi sederhana namun sangat efektif: umpak dan pilar batu.
Umpak Batu: Solusi Cerdas di Titik Terlemah
“Fungsi utama umpak adalah sebagai komponen dasar penahan beban bangunan,” jelas Tommy Raditya Dahana, Pamong Budaya Pertama Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah (BPKW) XI. Namun, perannya jauh lebih dari sekadar penyangga statis.
Umpak ibarat “sepatu tiang” bagi bangunan kayu Majapahit. Terbuat dari batu andesit yang dipahat rata, bongkahan batu ini diletakkan di antara tiang kayu dan tanah, menjadi penghalang fisik yang sangat krusial.
Bagaimana cara kerjanya?
-
Mencegah Kontak Langsung: Umpak mengangkat tiang kayu dari permukaan tanah, mencegah penyerapan air dan kelembaban secara langsung—penyebab utama pelapukan.
-
Sirkulasi Udara: Adanya celah antara umpak dan tiang kayu memungkinkan sirkulasi udara yang baik, mempercepat pengeringan kayu setelah hujan dan mengurangi risiko jamur.
-
Stabilitas Jangka Panjang: “Umpak diletakkan di atas lantai perkerasan yang tersusun dari bata merah,” tambah Tommy. Teknik ini bukan tanpa alasan. Lapisan bata ini berfungsi sebagai fondasi drainase yang mencegah umpak amblas atau miring akibat perubahan kontur tanah dan daya lendut tanah, terutama di musim hujan. Dengan kata lain, mereka sudah memikirkan stabilitas fondasi secara keseluruhan.
“Umpak menjadi bentuk preventif yang cerdas untuk mencegah pelapukan. Sebab, bahan dasar umpak terbuat dari batu yang secara alami tahan terhadap air serta suhu lembab,” ungkap Tommy.
Pilar Batu: Inovasi Tambahan untuk Perlindungan Maksimal
Tak cukup hanya dengan umpak, masyarakat Majapahit memiliki “senjata” lain yang tak kalah hebatnya: pilar batu. Jika umpak adalah alas, pilar batu adalah perisai untuk separuh bagian bawah tiang kayu.
Pilar batu ini memiliki variasi bentuk dan sambungan yang menunjukkan pemikiran teknik yang mendalam:
-
Model Langsung: Pilar batu langsung ditumpangkan ke atas tiang kayu.
-
Model Sambungan: Bagian bawah tiang kayu dimasukkan ke dalam sebuah lubang yang telah dipahat di puncak pilar batu. “Model pilar bersambung ini biasanya ditemukan di bangunan terbuka semacam pendapa dan paseban,” ulas Tommy.
Manfaat dari pilar batu ini multifungsi:
-
Memperkokoh Struktur: Batu memberikan kekakuan dan stabilitas tambahan pada struktur bangunan.
-
Perlindungan Ekstra: Bagian tiang yang paling rentan (dekat tanah) kini terlindungi oleh material yang tidak bisa lapuk.
-
Fleksibilitas Konstruksi: Dalam beberapa desain, pilar batu ini bahkan diletakkan di atas umpak, menciptakan sistem pertahanan berlapis yang sangat andal. “Jadi, pilar batu ini bisa juga dimaknai untuk menghindari pertemuan langsung antara kayu dengan tanah agar tidak lapuk,” beber Tommy.
Warisan Abadi yang Tetap Relevan
Bukti-bukti arkeologis berupa banyaknya umpak dan pilar batu yang dikoleksi Museum Majapahit di Trowulan menjadi saksi bisu kecemerlangan nenek moyang kita. Penerapan teknologi ini membuktikan bahwa masyarakat Majapahit bukan hanya ahli dalam seni dan strategi, tetapi juga insinyur dan perencana bangunan yang visioner.
Mereka telah memahami prinsip-prinsip preservasi material dan manajemen lingkungan dengan baik. Mereka tidak melawan alam dengan kekuatan, tetapi menggunakan pengetahuan untuk beradaptasi dan bertahan. Konsep dasar “menjaga bahan organik dari kelembaban tanah” ini adalah prinsip yang, hingga hari ini, masih menjadi standar dalam konstruksi kayu modern.
Umpak dan pilar batu Majapahit adalah lebih dari sekadar batu; mereka adalah simbol kecerdasan, ketahanan, dan warisan arsitektur yang berhasil menjembatani zaman, membawa pelajaran berharga dari masa lalu untuk diaplikasikan di masa kini.





