Gembleng 100 Penyidik di SPN Mojokerto: Integritas dan Empati Jadi Senjata Utama Hadapi Kejahatan Modern
Mojokerto- Sebanyak 100 personel penyidik dan penyidik pembanti awali sebuah babak baru dalam karier mereka. Mereka berkumpul di Sekolah Polisi Negara (SPN) Polda Jawa Timur di Bangsal, Mojokerto, untuk mengikuti Pelatihan Peningkatan Kemampuan (Latkatpuan) penyidik tahun 2025. Pelatihan ini tidak hanya sekadar rutinitas, melainkan sebuah upaya strategis untuk mencetak penyidik yang tidak hanya cekatan secara teknis, tetapi juga unggul dalam karakter dan moral.

Baca Juga : Pernikahan Di Mojokerto Tembus 5.490 Pasangan Dalam Sembilan Bulan
Upacara pembukaan yang digelar di Gedung Dharma Wiweka SPN Polda Jatim berlangsung khidmat, dihadiri oleh sejumlah pejabat tinggi. Acara ini resmi dibuka oleh Kepala SPN Polda Jatim, Kombes Pol. Agus Wibowo, dengan dihadiri langsung oleh Direktur Reserse Kriminal Umum (Dirreskrimum) Polda Jatim, Kombes Pol. Widi Atmoko, beserta jajaran pejabat utama SPN.
Lebih dari Sekadar Keterampilan Teknis: Membangun Fondasi Karakter
Dalam sambutannya, Kombes Pol. Agus Wibowo menekankan bahwa pelatihan ini dirancang dengan pendekatan holistik. Di tengah maraknya tantangan penegakan hukum, seorang penyidik membutuhkan lebih dari sekadar kemampuan menyelidiki fakta.
“Pada kesempatan ini, saya ingin menekankan sebuah filosofi yang harus dipegang teguh: Integritas adalah napas bagi seorang penyidik, dan empati adalah jantungnya,” tegas Agus Wibowo dengan penuh wibawa.
Penjelasannya pun semakin mendalam. Integritas yang kokoh, menurutnya, berfungsi sebagai tameng terkuat untuk mencegah penyalahgunaan wewenang dan menjaga kepercayaan publik. Sementara itu, empati bukanlah tanda kelemahan, melainkan sebuah kekuatan yang memandu proses hukum agar lebih manusiawi.
“Dengan kemampuan merasakan apa yang dialami korban (empati), proses hukum tidak akan berjalan kaku dan hanya sekadar memenuhi pasal. Proses itu akan dijalankan dengan ‘hati’, sehingga tujuan akhir, yaitu keadilan yang seutuhnya, benar-benar dapat dirasakan oleh masyarakat,” ujarnya.
Beradaptasi dengan Lanskap Kejahatan yang Terus Berkembang
Pernyataan Kombes Pol. Agus Wibowo juga diamini oleh Dirreskrimum Polda Jatim, Kombes Pol. Widi Atmoko. Dalam arahannya, Widi menekankan pentingnya kemampuan adaptasi. Para penyidik dituntut untuk terus berkembang seiring dengan modus kejahatan yang kian kompleks dan canggih di era digital.
“Kejahatan terus berevolusi, dan kita tidak boleh tertinggal. Kemampuan penyidik harus terus diasah, tidak hanya dalam hal penyelidikan konvensional tetapi juga dalam menghadapi kejahatan siber (cyber crime) dan kejahatan transnasional yang semakin marak,” tutur Widi.
Ia juga mengingatkan bahwa pelatihan ini memiliki tujuan yang sangat konkret dan kritikal. “Tujuan akhir dari peningkatan kemampuan ini jelas, yaitu mempersiapkan seluruh peserta untuk mengikuti dan lulus uji sertifikasi bagi penyidik dan penyidik pembantu. Sertifikasi ini adalah bukti kompetensi dan standar profesional yang harus dimiliki setiap penyidik,” tandasnya.
Materi Komprehensif dari Para Ahli di Bidangnya
Untuk mewujudkan tujuan mulia tersebut, sesi pendalaman materi dalam Latkatpuan ini disampaikan oleh para narasumber yang berkompeten dan berpengalaman. Tiga narasumber utama yang akan membagikan ilmunya adalah:
- 
AKBP Iswahab (Kepala Bagian Pengajaran dan Pelatihan SPN Polda Jatim) 
- 
AKBP Bambang Setiawan (Koordinator Pengadjian dan Pendidikan SPN Polda Jatim) 
- 
AKBP Agung Setyono (Staf Koordinator Pengadjian dan Pendidikan SPN Polda Jatim) 
Dengan kurikulum yang komprehensif, menggabungkan teori hukum, praktik penyidikan lapangan, simulasi kasus, dan yang terpenting, pembekalan karakter, diharapkan ke-100 personel ini akan kembali ke unit masing-masing sebagai penyidik yang lebih tangguh, profesional, dan penuh integritas. Mereka tidak hanya menjadi penegak hukum, tetapi juga pelayan masyarakat yang mampu menebarkan keadilan dengan pendekatan yang manusiawi.
Kelanjutan Program: Dari Ruang Kelas Hingga ke Lapangan
Setelah pembukaan resmi berlangsung, para peserta pun langsung menyelami serangkaian materi intensif. Sebagai langkah pertama, tiga narasumber ahli yang telah berpengalaman panjang di dunia pendidikan kepolisian mulai membagikan ilmunya. Para peserta dengan antusias menyimak paparan dari AKBP Iswahab (Kabagjarlat), AKBP Bambang Setiawan, dan AKBP Agung Setyono (Koorgadik).
Selanjutnya, pelatihan ini tidak hanya berfokus pada teori. Sebagai contoh, para penyidik akan menjalani berbagai simulasi lapangan yang dirancang khusus. Simulasi ini bertujuan untuk mengasah insting penyelidikan dan kemampuan analisis mereka dalam menghadapi skenario kejahatan yang nyata. Selain itu, mereka juga akan mempelajari teknik interogasi yang efektif dan beretika, serta cara mengelola barang bukti digital yang semakin dominan dalam kasus-kasus modern.
Tidak berhenti di situ, pembekalan karakter melalui nilai-nilai integritas dan empati akan menjadi benang merah di setiap sesi. Instruktur akan menekankan bagaimana kedua nilai ini secara langsung mempengaruhi kredibilitas hasil penyidikan dan citra Polri di mata publik. Dengan kata lain, setiap keputusan yang diambil seorang penyidik haruslah mencerminkan prinsip keadilan dan kepekaan sosial.
Pada akhirnya, Awali Babak seluruh rangkaian pelatihan ini bermuara pada satu tujuan utama: memastikan para peserta tidak hanya lulus uji sertifikasi, tetapi juga kembali ke masyarakat sebagai penyidik yang andal dan dipercaya. Oleh karena itu, komitmen dan semangat belajar dari seratus personel ini menjadi kunci keberhasilan dalam membangun penegakan hukum yang lebih profesional dan manusiawi.

 
 
 
     
     
   
											 





 
										 
										 
										