, ,

Bukti Nyata Jaringan Global Majapahit Fragmen Keramik Yuan dan Ming di Trowulan

oleh -403 Dilihat

Jejak Kejayaan Nusantara: Keramik Tiongkok di Ibu Kota Majapahit Membuktikan Hubungan Diplomasi yang Gemilang

Mojokerto- Sebelom menjadi kekuatan maritim terbesar di Nusantara, Jaringan Kerajaan Majapahit telah membangun jalinan persahabatan yang kuat dengan berbagai peradaban besar dunia. Salah satu bukti nyata yang tak terbantahkan adalah ditemukannya ratusan bahkan ribuan fragmen keramik dari Dinasti Yuan dan Ming di Situs Trowulan, Jawa Timur, yang dipercaya sebagai jantung peradaban Majapahit. Temuan ini bukan sekadar barang mewah, melainkan simbol dari jejaring diplomasi dan perdagangan global yang telah dirintis nenek moyang bangsa Indonesia sejak 700 tahun silam.

Bukti Nyata Jaringan Global Majapahit Fragmen Keramik Yuan dan Ming di Trowulan
Bukti Nyata Jaringan Global Majapahit Fragmen Keramik Yuan dan Ming di Trowulan

Baca Juga : BRI Kembali Tegaskan Dominasi dengan Puncaki Sektor Keuangan

Mitra Satata: Jejaring Diplomasi Majapahit di Kancah Global

Menurut Tommy Raditya Dahana, Pamong Budaya Pertama Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah (BPKW) XI, kebesaran Majapahit tidak lepas dari kemampuannya menjalin relasi internasional yang kuat. Kitab Negarakertagama, sebuah kakawin yang menjadi sumber sejarah berharga, menyebutkan konsep mitra satata—negara-negara sahabat yang menjalin hubungan setara dengan Majapahit.

“Negara-negara yang menjadi mitra satata Majapahit pada masa itu antara lain Syangka (Thailand), Dharmanagari, Marutma, Campa (Vietnam), Kambonyanyat (Kamboja), dan Yawana,” jelas Tommy. Namun, jaringan Majapahit tidak berhenti di Asia Tenggara saja. Kerajaan ini juga menjalin hubungan yang erat dan intens dengan dua raksasa budaya dan ekonomi dunia pada masa itu: Tiongkok dan India.

Keramik sebagai Duta Budaya dan Barang Dagangan Berharga

“Bentuk keramik lokal yang ditemukan sangat beragam, mulai dari bata, genteng, patung-patung kecil, miniatur bangunan, jobong (dinding sumur), pipa air, bak air, hingga berbagai jenis wadah,” rinci Tommy. Yang menarik, aneka terakota ini seringkali ditemukan bersamaan dengan keramik impor dari Tiongkok, Thailand, dan Vietnam. Mayoritas keramik asing ini berasal dari abad ke-13 hingga ke-15 Masehi, yang bertepatan dengan puncak kejayaan Majapahit.

Penemuan keramik asing ini menjadi bukti sejarah nyata bahwa Majapahit telah menjalin hubungan baik dan perdagangan yang aktif dengan negara-negara penghasil benda tersebut,” tegas Tommy.

Bukti Pengaruh yang Lebih Dalam: Teknik dan Gaya Seni

Namun, hubungan Majapahit dengan Tiongkok tidak hanya sebatas impor barang jadi. Bukti menunjukkan adanya pertukaran ilmu dan teknologi yang mempengaruhi seni kerajinan lokal. Salah satu temuan unik di Trowulan adalah patung-patung terakota kecil berbentuk potongan kepala manusia dengan leher yang memanjang.

Keberadaan patung dengan leher memanjang ini justru menjadi penanda hubungan yang lebih intensif. Menurut Tommy, yang mengutip peneliti Hindia Belanda Johannes Muller, teknik dan gaya seni serupa telah berkembang lebih dulu pada masa Dinasti Tang di Tiongkok.

“Berkaitan dengan fakta ini, Muller menyimpulkan bahwa seni keramik yang berkembang pada zaman Majapahit juga mendapat pengaruh yang signifikan dari budaya Tiongkok, di samping tentunya daya kreativitas luar biasa dari seniman Majapahit sendiri,” beber Tommy.

Kesimpulan: Cerminan Nusantara yang Terbuka dan Terhubung

Mereka adalah saksi bisu dari kejayaan masa lalu Indonesia sebagai bangsa pelaut yang terbuka, connected, dan aktif dalam percaturan global. Mereka membuktikan bahwa nenek moyang kita bukanlah bangsa yang tertutup, melainkan pengelola jejaring diplomasi dan perdagangan yang canggih, yang mampu menyelaraskan pengaruh asing dengan kreativitas lokal untuk melahirkan peradaban yang unik dan gemilang.

Temuan keramik ini tidak hanya berhenti sebagai bukti hubungan baik; selanjutnya, temuan ini membuka jendela untuk memahami dinamika perdagangan global pada masanya. Para pedagang dari Tiongkok dan negara-negara Asia Tenggara lainnya berlayar ke pelabuhan-pelabuhan utama Majapahit, membawa barang-barang seperti keramik, sutra, dan manik-manik. Sebagai gantinya, mereka membawa pulang rempah-rempah, kayu cendana, dan hasil bumi Nusantara lainnya yang sangat berharga di pasar internasional.

Selain itu, keberadaan keramik Tiongkok di situs permukiman dan istana secara jelas menandakan bahwa barang-barang ini bukan hanya untuk kalangan elit. Akibatnya, kita dapat menyimpulkan bahwa perdagangan internasional waktu itu sudah begitu masif sehingga menyentuh berbagai lapisan sosial.

Warisan untuk Masa Kini: Meneladani Keterbukaan Majapahit

Oleh karena itu, apa yang bisa kita pelajari dari sejarah panjang ini? Pertama-tama, warisan Majapahit mengajarkan kita tentang kekuatan keterbukaan dan kolaborasi. Kerajaan itu tidak mengisolasi diri; sebaliknya, mereka justru aktif menjalin kemitraan yang saling menguntungkan dengan berbagai bangsa.

Yang terpenting, semangat ini sangat relevan dengan konteks global hari ini. Sebagai contoh, dalam dunia yang saling terhubung, kerja sama di bidang ekonomi, budaya, dan teknologi adalah kunci kemajuan suatu bangsa. Dengan kata lain, jejak keramik di Trowulan adalah pengingat bahwa Indonesia memiliki DNA sebagai bangsa yang gesit dalam berdiplomasi dan berdagang.

Pada akhirnya, peninggalan ini bukan hanya tentang masa lalu. Lebih dari itu, ia adalah inspirasi untuk membangun masa depan. Dengan demikian, kita harus menjaga warisan budaya ini, karena ia adalah fondasi identitas kita sebagai bangsa yang besar, terbuka, dan pernah menjadi pusat peradaban dunia.

Dior

No More Posts Available.

No more pages to load.