, ,

Penyandang Disabilitas Dalam Perencanaan Penanganan Bencana

oleh -153 Dilihat

Tingkatkan Kesiapsiagaan! Dialog Nasional Usung Strategi Inklusif untuk Lindungi Penyandang Disabilitas Saat Bencana

Mojokerto- Dalam setiap situasi darurat bencana, waktu bergerak cepat dan setiap detik amat berharga. Namun, bagi kelompok penyandang disabilitas, tantangan yang dihadapi seringkali berlipat ganda. Mereka bukan hanya menghadapi ancaman yang sama seperti masyarakat pada umumnya, tetapi juga berjuang melawan keterbatasan akses fisik, komunikasi, dan informasi yang dapat menghambat proses penyelamatan diri. Fakta inilah yang mendasari diselenggarakannya Dialog Penanganan Bencana bagi Relawan dan Penyandang Disabilitas Tingkat Nasional di Pendopo Rumah Rakyat, Kota Mojokerto, Jawa Timur.

Penyandang Disabilitas Dalam Perencanaan Penanganan Bencana
Penyandang Disabilitas Dalam Perencanaan Penanganan Bencana

Baca Juga : Nur Hanik Tri Rahayu Anggota DPRD Mojokerto Dari NasDem, Fokuskan Perjuangan Pada Kesejahteraan Masyarakat

Acara yang digagas oleh Program SIAP SIAGA bekerja sama dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) ini menegaskan sebuah pesan penting: kesiapsiagaan inklusif bukanlah sebuah pilihan, melainkan sebuah keharusan. Tanpa sistem dan pelatihan yang tepat, bencana alam tidak hanya menimbulkan korban jiwa, tetapi juga berpotensi memperparah kondisi disabilitas yang sudah ada atau bahkan menciptakan disabilitas baru.

Bencana Tidak Bisa Menunggu, Kesiapsiagaan Harus Jadi Prioritas Utama

Mengusung tema “Bencana tidak bisa menunggu, Kesiapsiagaan menjadi yang utama”, dialog ini menjadi bagian vital dari rangkaian peringatan Bulan Pengurangan Risiko Bencana (PRB) 2025. Acara ini berhasil menghimpun ratusan peserta yang terdiri dari relawan tangguh bencana dan penyandang disabilitas dari berbagai penjuru Indonesia, menciptakan ruang berbagi yang setara dan konstruktif.

Dialog menghadirkan empat narasumber kunci:

  1. Prasinta Dewi (Deputi Bidang Pencegahan BNPB)

  2. Pangarso Suryotomo (Plt. Deputi Bidang Pencegahan BNPB)

  3. Asep Suprianta (Plt. Direktur Pemulihan dan Peningkatan Sosial Ekonomi dan Sumber Daya Alam BNPB)

  4. Dinar Dana Kharisma (Direktur Kemandirian Sosial dan Ekonomi, Kementerian PPN/Bappenas)

Kehadiran para pejabat tinggi ini menunjukkan komitmen serius pemerintah dalam mengintegrasikan prinsip inklusivitas ke dalam jantung strategi penanggulangan bencana nasional.

Lebih Dari Sekadar Infrastruktur: Memulihkan Kehidupan dan Tatanan Sosial

Selama tiga jam, dialog berlangsung dinamis dan penuh makna. Para pembicara tidak hanya memberikan motivasi, tetapi juga mendalami aspek-aspek teknis, mulai dari pencegahan, mitigasi, hingga penanganan pasca-bencana.

Pangarso Suryotomo dalam paparannya menekankan bahwa pemulihan pasca-bencana memiliki cakupan yang sangat luas. “Fokus kita tidak boleh berhenti pada membangun kembali infrastruktur yang rusak. Yang lebih penting adalah memulihkan kehidupan, termasuk tatanan sosial dan budaya masyarakat di kawasan terdampak. Proses pemulihan harus mampu mengembalikan martabat dan hak-hak penyandang disabilitas,” tegasnya.

Inovasi dari Akar Rumput: Aplikasi Pendataan Disabilitas di Daerah Rawan

Salah satu momen paling inspiratif datang dari para penyandang disabilitas sendiri. “Tujuannya jelas. Ketika bencana datang, kita sudah tahu persis: di titik mana saja penyandang disabilitas berada, jenis disabilitas apa yang mereka miliki, kebutuhan spesifik apa yang mereka perlukan (seperti kursi roda, alat bantu dengar, atau pendampingan), dan bagaimana persiapan evakuasinya,” jelasnya. Inisiatif ini adalah bukti nyata bahwa partisipasi aktif penyandang disabilitas dalam perencanaan adalah kunci menuju sistem peringatan dini yang benar-benar efektif.

Pemberdayaan Ekonomi: Pondasi Ketahanan yang Kokoh

Kesiapsiagaan bencana juga tidak terlepas dari aspek ketahanan ekonomi. Siti menambahkan bahwa kelompoknya tidak hanya fokus pada mitigasi, tetapi juga pada pemberdayaan. “Kami mendorong sesama penyandang disabilitas untuk menjadi pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Dengan kondisi ekonomi yang lebih mandiri, daya tahan mereka dalam menghadapi dan memulihkan diri dari dampak bencana akan jauh lebih kuat,” paparnya.

Sebuah Langkah Maju Menuju Indonesia yang Lebih Tangguh dan Inklusif

Dialog di Mojokerto ini telah menjadi sebuah penanda sejarah. Acara ini bukan sekadar seremonial, melainkan sebuah deklarasi bersama bahwa tidak ada seorang pun, termasuk penyandang disabilitas, yang boleh tertinggal dalam setiap upaya penyelamatan dan penanggulangan bencana. Dengan kolaborasi erat antara pemerintah, relawan, dan yang paling utama—penyandang disabilitas sendiri—Indonesia bergerak menuju masa depan yang lebih tangguh, di mana setiap nyawa memiliki kesempatan yang sama untuk selamat dan bangkit kembali.

Dior

No More Posts Available.

No more pages to load.